Monday, October 20, 2014

Pantai Jungwok

Pantai Jungwok

Kalau ngomongin pantai berpasir putih yang jaraknya nggak terlampau jauh dari Jogja, Gunung Kidul rajanya! Di sepanjang pesisir selatan Gunung Kidul, terdapat banyak pantai berpasir putih dengan nama yang berbeda, pemandangan berbeda meskipun letaknya hanya bersebelahan. Biasanya terpisah satu bukit karang saja sudah beda namanya padahal tempat parkirnya sama. Dari sekian banyak pantai mungkin beberapa diantara kalian sudah tahu, misalnya pantai Baron, Krakal, Kukup. Itu 3 pantai yang notabene paling terkenal di Gunung Kidul waktu itu, meski sekarang sudah kalah pamor sama pantai-pantai lain. Selain itu banyak juga di antaranya yang belum terkenal, bahkan masih bisa dibilang virgin, belum banyak dikunjungi wisatawan. Nah salah satu pantai yang belum terlalu dikenal itu adalah pantai Jungwok.

Pantai Jungwok
Meskipun sudah tidak bisa dibilang masih virgin, pantai Jungwok masih belum dikenal banyak orang. Hanya orang yang suka berpetualang dan camping saja yang mungkin tahu tentang pantai ini. Pantai Jungwok termasuk jajaran pantai Gunung Kidul yang paling timur. Pantai ini terletak di sebelah timur dan bersebelahan dengan Pantai Wedi Ombo, tetapi masih di sebelah barat pantai Sadeng. Antara pantai Wedi Ombo dengan pantai Jungwok hanya terpisah sebuah bukit. Untuk menuju pantai Jungwok, dari kota Wonosari, bisa ambil kanan melalui jalur selatan yang nantinya bisa melewati jalur pantai-pantai di Gunung Kidul, atau kalau mau lebih cepat kota Wonosari lurus ke arah timur kemudian belok kanan lewat Semanu. Setelah itu bakal tembus ke jalur selatan yang kalau belok kanan ke pantai siung dan belok kiri ke pantai Wedi Ombo dan pantai Jungwok ini. Setelah hampir sampai ke pantai Wedi Ombo, akan ada pertigaan ke kiri, kalau lurus ke Wedi Ombo, kalau ke kiri ke Pantai Jungwok. Bisa langsung ambil kiri atau kalau mau main dulu di Wedi ombo bisa lurus kemudian nanti menyusuri pantai Wedi Ombo ke arah timur. Dari situ harus melewati persawahan kemudian bukit yang membatasi Wedi Ombo dengan Jungwok baru sampai ke pantai Jungwok. Agak jauh memang jalannya, tapi kalau memang suka jalan-jalan saya rasa tidak ada salahnya sedikit ber-"off road" ria. Untuk lokasi lebih akuratnya klik di sini. (Jika mengakses menggunakan Android Smartphone disarankan membukanya dengan Maps.)

Pantainya sih tidak terlalu lebar. Sebelah kiri dan kanan dibatasi bukit karang seperti tipikal pantai di Gunung Kidul lainnya. Sedikit menjorok ke arah laut, akan ada lantai batu karang yang membuat air di sekitarnya tidak terlalu dalam, mungkin sebatas betis, tapi setelah itu langsung laut dalam. Jika ombaknya tidak terlalu besar, air jarang sampai ke daerah berpasir. Yah, seperti terlihat di gambar lah! Pantainya masih relatif sepi, belum seramai pantai Indrayanti.

Oya, foto ini saya ambil saat saya pertama kali mengunjungi pantai Jungwok. malah belum sempat jalan-jalan keliling karena begitu sampai keburu asyik menikmati pantai dan ambil gambar dari satu tempat saja. Waktu itu juga sudah terlampau sore jadi tidak bisa berlama-lama. Foto ini saya ambil dengan Nikon D3100 dipadu AF-S Nikkor 16-85mm f3.5-5.6. Sempat melalui proses editing brightness, contrast, dan saturasi menggunakan Lightroom.

Friday, October 17, 2014

Candi Sambisari

Kompleks Candi Sambisari

Kalau kamu suka mengunjungi historical site, Sleman adalah daerah yang tepat untuk itu. Di daerah sleman terdapat banyak Candi, dari yang terkenal seperti Candi Prambanan, Candi Ratu Boko, Hingga candi-candi yang bisa dibilang kurang terkenal seperti Candi Ijo. Salah satu candi yang kurang terkenal adalah Candi Sambisari. Candi ini terletak di dusun Sambisari, Purwomartani, Kalasan, Sleman, kurang lebih 2.5 km utara jalan Jogja-Solo. Ingin tahu lebih tepatnya, klik di sini.

Dulu candi ini terletak di bawah per-mukaan tanah, kemudian digali. Kalau tidak salah penemunya adalah seorang petani. Jadi posisi kompleks candi lebih rendah dari permukaan tanah sekitarnya. Kompleks Candi Sambisari terdiri atas satu candi utama dan tiga candi pendamping di depannya. candi pendamping yang paling selatan kondisinya paling rusak dibanding dua candi pendamping yang lain.

Candi Utama
Saya mengunjungi candi ini setelah pulang kerja, waktu itu hari sabtu. Jadi saya pulang lebih awal, pukul 14.30, sehingga saya jadi punya waktu untuk mengunjungi Candi Sambisari. Saya tahu tentang candi ini atas rekomendasi dari teman, katanya bagus candinya. Jadilah saya hunting foto ke Candi Sambisari.

Sampai di lokasi, waktu itu sekitar pukul 15.30 WIB. Saya sempatkan keliling dulu sebentar melihat-lihat sambil mem-bayangkan kira-kira mau motret dari posisi sebelah mana. Waktu itu langit cerah sehingga birunya langit bisa lebih menawan dengan bantuan filter CPL-D. Saat mengambil foto ini, saya memakai program manual. Saya sempat mengambil 30 an foto. Dan dua foto inilah yang menjadi favorit saya sehingga menurut saya layak tampil di blog ini.

Foto ini diambil menggunakan kamera Nikon D3100 dipadu dengan lensa AF-S Nikkor 16-85mm f/3.5-4 ditambah filter CPL-D buatan Marumi.

Thursday, October 16, 2014

Menghisap Nektar

Mneghisap Nektar

Another picture I can't have a good title. Apa ya judul yang kira enak dan tepat mendeskripsikan gambar di samping? Ada saran? Hehe... Pokoknya ini fotonya. Aku kasih judulnya "Menghisap Nektar" kalau nggak setuju silahkan diganti sendiri, hehehe... 



Foto ini, sama foto "Kepiting Pantai" itu mau ku ikutkan sebuah lomba fotografi alam liar. Yang ngadain Taman Safari dan NatGeo. Level internasional coy! Aku tau bakal kalah, tapi tetep pengen ikut aja. Penasaran seberapa "dilihat"-kah karyaku di kancah fotografi internasional? Hehehe... Cuman akhirnya nggak jadi ikut soalnya aku terlambat mau submit. Jadi waktu itu kurang 2 hari batas pengiriman karya habis aku baru mau ngirim. Cari ekspedisi pengiriman barang nggak ada yang bisa menjanjikan 1 hari sampai dari Timika ke Jakarta. Keliling Timika semua sama saja, paling cepat 3 hari kalau normal. Padahal waktu itu salah satu penerbangan lagi bermasalah sama bandara Timika, dan itu mempengaruhi pengiriman barang. Bisa jadi satu minggu baru sampai mereka bilang. Ya udah deh, daripada mubadzir nggak bakal bisa ikut mending foto yang sudah ku cetak ku tempel di dinding ruang depan rumah kosku di Timika. Ini juga jadi favorit tamu-tamu yang datang karena bisa "bokeh" banget. Hehehe B-)

Imron - Wulan: Post Wedding

Imron & Wulan

Duuuuh.. dah lama banget nggak posting... Ini blog sampai penuh sarang laba-lana... :D Well, this is it, posting foto-foto lagi. Kali ini foto yang saya posting diambil dari nikahan dua sahabat baik saya, Imron dan Wulan.

Biasanya, kalau nikahan yang ada pre-wedding, nah ini malah post wedding. Jadi foto-fotonya malah habis nikah. Hahaha.. Ada-ada saja. Habis sih, permintaan customer jadi fotografer nurut aja.. B-)

Ini adalah pengalaman pertama saya motret nikahan dengan serius. Dan juga pertama kalinya menjadi fotografer utama dalam suatu pernikahan. Grogi, so pasti, capek iya, tapi pengalaman yang tiada duanya menjadikan pemotretan waktu itu worth banget. Karena masih pertama kalinya dan udah grogi duluan, foto aslinya kurang bagus, dan perlu banyak editing. Editing pencahayaan, dan sebagainya tentunya (saya jarang dan hampir tidak pernah editing komposisi, bahkan cuma cropping :D). Dan di antara sekian banyak foto dari nikahan tersebut, foto inilah yang jadi favorit saya, makannya saya pikir foto ini pantas untuk diposting.

Foto ini diambil menggunakan kamera kesayangan, Nikon D3100 dipadu dengan lensa AF-S Nikkor 16-85mm f/3.5-4. Editing software saya pakai ligthroom. Posting ini saya dedikasikan buat mas Imron dan mbak Wulan, semoga jadi keluarga yang sakinah, mawaddah, warrohmah, serta dikaruniai anak-anak yang sholeh dan sholihah. Aamiin.

Thursday, November 22, 2012

Kepiting Pantai

Kepiting Pantai
Kalau di daerahku namanya jingking. Hewan ini kebanyakan hidup di daerah pantai. Sangat pemalu sama manusia dan mampu berlari cepat dan lincah. Mungkin mottonya "kejarlah daku jikalau bisa". Bila ada manusia maupun hewan lain mendekat, dia langsung lari dan masuk ke dalam lubang persembunyiannya. Hewan ini juga penggali pasir yang handal. 

Yang jelas, butuh kesabaran total buat motret hewan satu ini. Pemalu banget soalnya. Didekati dari jarak sekian mungkin 2 - 3 meter sudah lari. Untuk hewan sekecil itu dengan jarak 2-3 meter bahkan pakai lensa 300mm pun kurang dekat, makannya harus sedekat mungkin motretnya. Sebenarnya ada sih yang besar, cuman jarang terlihat. Dan saat itu kok ya kebetulan sekali nggak ada yang besar. Ada satu, tapi sudah mati. Nggak keren...

Sebenarnya waktu itu nggak sengaja sih cari foto bertema wild-life. Niatnya pergi ke pantai pengen  motret sunrise. Cuman kesiangan dan cuaca pas sunrise agak mendung jadi matahari tertutup awan. Karena belum dapat objek yang manis, cari objek lain dan nemu deh si kepiting.

Awalnya aku menggunakan metode "approach and shoot". Jadi tentukan objek, dekati pelan-pelan dan jepret! Tapi ternyata nggak efektif. Baru didatangi meski pelan pelan tetep aja dia lari. Akhirnya beralih ke metode "wait and shoot" layaknya sniper. Cari kepiting yang sekiranya cukup besar dan ditengarai baru saja masuk ke sebuah lubang, set panjang fokal lensa ke 300mm dan tunggu. Percaya nggak percaya, ada sekitar setengah jam aku nungging-nungging pegang kamera di depan liang kepiting. Masa bodoh dengan orang yang mungkin liat, untungnya nggak banyak orang yang ke pantai pagi itu. 

Terbayarlah aku nungging-nungging selama setengah jam pagi itu. Hasilnya waktu ku cetak dan ku tempel di ruang depan rumah kos di Timika, banyak yang naksir sama foto ini. Lumayan lah... :D